(Konseling) Therapy Kelas Maprodik


                Tentang masalah, emosi, kebencian, penyesalan, apapun itu di masalalu seleseikan lah sebelum kalian menjadi seorang Konselor”.
                Kalimat siang itu mendapat respon yang berbeda dari semua anggota kelas. Entah karena merasa blok baru ini akan menjadi sebuah cerita seru, atau menganggap blok ini merupakan blok malaikat, karena sudah memberikan sedikit jeda dari semua deadline  dan tuntutan tugas pada blok sebelumnya. Hehe
                Seleseikan lah apa-apa yang belum terseleseikan dari diri kalian”, kembali Prof Tina mengulang kalimat, yang pun kembali di respon berbeda oleh semua anggota kelas. Ada yang mengangguk sambil memandang pekat Profesor yang umurnya sudah lebih setengah abad itu, ada yang sibuk dengan gadgetnya, atau ada yang hanya melihat Prof Tina berbicara sekedar meyakinkan, bahwa dirinya memang berada di kelas itu.
                Prof Tina, memulai persentasinya mengenai Konseling  Kelompok, memahamkan konsep, menekankan aturan demi aturan dan tak lupa, menceritakan pengalaman beliau.
                Karena menceritakan pengalaman, adalah cara ampuh dosen untuk membuat semua mulut di kelas tertutup dan kelas berubah hening. 
                Ajaib bukan ? 

                Masuk lah pada sesi yang paling ditunggu. 

Role Play

Tak butuh waktu lama, 8 orang sudah membentuk lingkaran, pertanda Sesi Konseling siap untuk di mulai. Jalannya konseling di pimpin oleh bu Muhana dan Prof Tina. Mulai lah Bu Muhana memperkenalkan Bu tina, pada semua anggota konseling. Mneceritakan kelebihan Prof Tina dan hal lain yang diketahui Bu Muahana tentang Prof Tina. 
Maka ini yang menjadi aturan pertama. 
Setiap orang yang berada di lingkaran tersebut, harus memperkenalkan orang yang berada di sampingnya. 
daaaaaaan Well done !!!


“Baik selanjutnya, siapa dari teman-teman semua yang ingin menyampaikan hal yang sampai saat ini menganggu teman-teman, dan menjadi kendala teman-teman di hari ini ?”
Satu per satu anggota konseling menunjuk dan mulai mengungkapkan apa yang menjadi masalah mereka, Semua anggota menyimak, mendengar dan selalu menempatkan empati di hati mereka masing-masing. Prof Tina mulai menyimpulkan setiap masalah demi masalah, masalah yang ada di urai bersama oleh anggota kelompok konseling.
Menarik, seru.
Satu  per satu masalah terurai, kenangan masa lalu tergali, semua kekesalan terungkap dengan air mata, memori masa lalu yang memberi dampak luar biasa hari ini. 
Benar, semua memori masa lalu itu dibongkar kembali.
“Siapa lagi ?” Bu Tina melanjutkan sesi Konseling
“Hmm Saya bu, kata salah seorang anggota”.
Ya silahkan, Prof Tina menyebutkan nama Anggota konseling dan mempesilahkan ia bercerita.
“Hmm baik, saya akan bercerita tentang masalah yang mungkin sampai saat ini, saya sendiri pun bingung harus bagaimana,” suara itu mulai terdengar bergetar.
Hening.
Suasana kelas benar-benar terasa hening dan dingin.
 “Ini tentang penyesalan di masa lalu. Tentang penyesalan seorang anak yang akhirnya ditinggalkan ibunya untuk selamanya,” semua orang menyimak, semua orang menatap lamat yang sedang berbicara.
“Saya menyesal, saya tidak tau jika Ibu saya sedang sakit.”
“Saya menyesal lebih memilih magang di sebuah lembaga di waktu libur, memilih menghabiskan waktu di daerah yang lumayan jauh dari rumah, dari pada memilih pulang”
“Saya menyesal banyak menghabiskan waktu di luar dari pada waktu bersama ibu saya, sampai akhirnya hari terburuk itu benar-benar datang tanpa di undang……,”.
 Suara itu tiba-tiba tertahan, bahunya mulai bergemetar, orang-orang disampingnya mulai memegang mecoba menenangkannya.
Suasana di hari itu, benar-benar berubah. Semua orang mulai tertunduk. Sebagian lagi terlihat mengusap matanya. 

“Saya mendapat kabar Ibu dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan koma, lalu Ibu pergi untuk selamanya”.

Deg ! 

tangisan itu pecah, suara itu tak berhasil di tahan. Isakan seorang anak yang mengaku merindukan Ibunya. 

“Saya merindukan Ibu saya”,
“Saya iri melihat teman-teman yang bisa ditelfon setiap saat oleh ibunya, sedangkan saya ?, hanya bisa menangis di sudut kamar, ketika memori itu memberontak ingin keluar. Saya menikam berkali-kali hati saya menolak rasa sakit. Tapi tetap saja, sosok itu, saya sangat merindukannya”.

Kelas kali ini benar-benar berbeda.
Ada emosi yang berhasil diseleseikan
Ada kisah masa lalu yang berhasil di ungkap keluar, dan akhirnya, ada yang kembali memaknai arti pentingnya sebuah keuarga, mutiara yang paling indah dan harta yang paling berharga. “KELUARGA”

Kelas hari itu ditutup dengan hati yang lapang oleh penerimaan, lapang oleh rasa syukur dan lapang dengan adanya sabar.

Aku pun berbisik di dalam hati
“Aku semakin mencintai Profesi ini, Psychology”.






Yogyakarta, 9 November 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Barakallah Fii Umrik, Laki-laki Baik

Unconditional Love

Janji