Apresiasi


                Seperti biasa, malam Minggu menuju weekend, aku dan 2 orang teman ku selalu meluangkan waktu bertemu bahkan hanya sekedar untuk bercerita 5 hari yang sudah kita lalui. Kesibukan Praktek Kerja Profesi Psikologi (PKPP) membuat kami hanya bisa meluangkan waktu untuk bertemu di setiap akhir minggu, melakukan kegiatan yang bisa kembali mengisi energi untuk dihabiskan lagi di minggu selanjutnya. 

Ahh aku beruntung, Allah pertemukan dengan orang-orang baik disini. Semoga selalu begitu.

Disela-sela percakapan kami yang random dan juga tawa yang begitu lepas, satu pesan pun masuk di Whatsapp ku 

“Selamat malam mba, saya mau tanya apa tadi X belajar membaca ?”
(Pesan dari orang tua, yang anaknya sedang aku dampingi dalam proses PKPP ini) 

“Selamat malam, ma. Iya ma”, jawab ku singkat. Pikiran ku sudah mulai melalang buana kemana mana, insecure apakah ada hal yang salah dengan proses yang sedang dilakukan.
Tak berselang lama, balasan chat dari orang tua X kembali masuk di pesan Whatsapp ku. 

“Tadi X cerita mba, dia bilang ternyata membaca itu menyenangkan gitu mba, sambil bermain lagi dia ngerasa happy tadi”

“Wah syukurlah ma, padahal itu tadi tes IQ bukan belajar membaca”, jawab ku lagi. 

“Dia cerita tadi mainan puzzle, dia ga tau kalau itu tes IQ. Mudah mudahan X ada perkembangan ya mba. di awal dia sudah merasa happy, pasti nanti dia akan mudah untuk mengingat. Makasih banyak ya mba”. 


Masalah dari klien ku ini adalah dalam hal baca tulis. Jika dibandingkan dengan anak-anak kelasnya, perkembangan baca tulisnya termasuk lamban. Ia pun juga sering ketinggalan huruf konsonan pada saat menulis. 
Misal : Menggambar ditulis megabar 
            Stasiun ditulis tasiun
            menggendong ditulis megedo 
butuh pendampingan dan penanganan khusus, agar kedepannyaa ia tidak mengalami kesulitan yang akan menghambat proses belajarnya. But, It's oke, semua butuh proses :)

                Begitulah pesan whatsapp malam itu berakhir. Aku masih ingat di awal perjalanan ini, aku hanya meminta pada Tuhan ku, semoga Allah izinkan aku menjadi perantara kebermanfataan itu. 

                “Laa hawla wa laa quwwata illa billah”
                 (Tidak ada usaha, kekuatan dan upaya kecuali dengan kehendak Allah)

Karna sungguh Allah yang membolak balikkan hati manusia. Maka, menjadi perantara kebermanfataan itu hanya proses dari perjalanan ini.

                Pesan malam itu membuat rasa jenuh beberapa hari terakhir hilang seketika. Batinku pun berbisik,Oh begini rasanya diapresiasi”, ketika kita merasa yang kita lakukan pada orang lain bukan apa-apa, namun apresiasi dari orang lain mampu membuat kepercayaan diri itu kembali muncul.

Memori ku juga me-recall setiap hal-hal baik yang orang lain lakukan pada diriku, tapi terkadang aku hanya menganggap hal itu memang sudah seharusnya, lalu lupa untuk berterima kasih dan menghargai.

Hari ini, aku berjanji, akan selalu menghargai setiap perubahan kecil yang terjadi dan diusahakan setiap anak-anak yang aku dampingi (Klien)
Hari ini, aku berjanji, untuk tidak pelit dengan kata “Terimakasih” dan kata “Maaf”   




 









 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Barakallah Fii Umrik, Laki-laki Baik

Unconditional Love

Janji